Uniknya Tradisi Mapeed dan Ngerebeg di Pura Alas Kedaton, Desa Kukuh, Tabanan

Bagikan ke :

DaunBali, Tabanan – Piodalan atau pujawali di Pura Alas Kedaton menjadi momen yang istimewa dengan kehadiran tradisi unik yang disebut Mapeed. Para perempuan, khususnya ibu PKK Bali, memperlihatkan keindahan dan kekayaan budaya dengan mengenakan kebaya putih dan membawa susunan buah serta sesajen di atas kepalanya. Tradisi Mapeed ini menjadi ungkapan rasa syukur umat Hindu Bali kepada Yang Maha Kuasa.

Pujawali di Pura Alas Kedaton diselenggarakan setiap enam bulan sekali, tepatnya 10 hari setelah hari raya Kuningan. Saat upacara pujawali, para perempuan dari 12 banjar di Desa Kukuh turut serta dalam tradisi Mapeed. Dengan mengenakan pakaian adat serba putih dan rambut disanggul, mereka menambahkan kesan etnik pada upacara ini. Susunan buah dan jajanan yang dihiasi dengan janur dan bunga sebagai sesajen telah dipersiapkan dengan rapi untuk dibawa menuju Pura Alas Kedaton.

Selain Mapeed, tradisi Ngerebeg juga menjadi sorotan utama dalam pujawali ini. Ngerebeg adalah ritual berlari keliling pura sebanyak tiga kali, di mana peserta membawa berbagai atribut seperti bandrang, umbul-umbul, tombak, tedung, dan lelontek. Anak-anak juga ikut serta dalam tradisi ini dengan membawa ranting daun Jaka. Makna dari Ngerebeg sendiri adalah gereget atau suka cita, karena seluruh rangkaian upacara pujawali berjalan dengan aman dan lancar.

Dengan adanya tradisi Mapeed dan Ngerebeg, masyarakat Desa Kukuh memperkuat dan merayakan warisan budaya mereka dengan penuh kebanggaan. Tradisi ini tidak hanya sekadar upacara keagamaan, tetapi juga sebagai wujud penghormatan dan kesetiaan kepada tradisi nenek moyang mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *