DaunBali, Badung – Desa Munggu, yang terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, menyimpan sebuah tradisi kuno yang masih dijaga dengan kuat oleh masyarakat setempat. Tradisi tersebut dikenal sebagai Mekotek, sebuah upacara yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan juga dikenal dengan istilah “Ngerebek”.
Mekotek bukan sekadar ritual biasa, melainkan sebuah warisan leluhur yang dilaksanakan turun temurun hingga saat ini oleh umat Hindu di Bali. Pada awalnya, Mekotek dilakukan sebagai bentuk penyambutan bagi prajurit Kerajaan Mengwi yang kembali dengan kemenangan dari Kerajaan Blambangan di Jawa. Tradisi ini terus berlanjut hingga kini, meskipun sempat dihentikan oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1915 karena khawatir akan pemberontakan.
Setiap 210 hari sekali, pada hari raya Kuningan, Mekotek digelar di Desa Munggu. Pada awalnya, perayaan ini menggunakan tombak, memberikan semangat juang kepada prajurit dari medan perang. Namun, karena banyak peserta yang terluka, tombak besi digantikan dengan tongkat kayu pulet yang diukur panjangnya sekitar 2 sampai 3,5 meter.
Ribuan peserta dari 15 banjar turun ke jalan, mulai dari usia 12 hingga 60 tahun, mengenakan pakaian adat madya. Mereka berkumpul di Pura Dalem Munggu untuk melakukan persembahyangan dan mengucapkan terima kasih atas hasil perkebunan. Selanjutnya, mereka melakukan pawai menuju sumber mata air di Munggu.
Tongkat kayu tersebut diadu di udara membentuk piramida atau kerucut. Para peserta yang berani naik ke puncak tongkat memberikan komando semangat kepada kelompoknya. Komando tersebut, antara lain, menabrak kumpulan tongkat lawan. Tradisi Mekotek diiringi dengan musik gambelan untuk menyemangati para peserta.
Mekotek bukan sekadar upacara, melainkan juga bentuk penghormatan kepada leluhur dan manifestasi kekayaan budaya Bali yang tetap dijaga dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Munggu.