Mengenal Tradisi Ngusaba Bukakak: Upacara Kesuburan di Desa Adat Sangsit

Bagikan ke :

DaunBali, Buleleng – Di tengah hamparan keindahan alam Bali, tepatnya di Desa Adat Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng, terjalin sebuah tradisi kuno yang masih dijaga dengan penuh kekaguman. Tradisi yang dikenal sebagai Ngusaba Bukakak merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya dan kehidupan masyarakat setempat.

Ngusaba Bukakak digelar setiap dua tahun sekali, tepatnya pada bulan April atau bulan purnama sasih kedasa menurut kalender Bali. Nama “Bukakak” sendiri memiliki makna sebagai babi guling yang matang hanya pada bagian atas atau punggungnya saja. Upacara ini tidak sekadar ritual, melainkan sebuah ungkapan syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk manifestasinya sebagai dewi kesuburan.

Simbolisasi dalam Ngusaba Bukakak sangatlah kaya. “Bukakak” merupakan perpaduan antara lambang Siwa (Lembu), Wisnu (Gagak), dan Sambhu (babi). Berwujud seekor burung garuda yang terbuat dari daun enau muda dan dihiasi dengan bunga kembang sepatu, Bukakak menyimpan makna mendalam. Babi yang digulingkan hanya pada bagian punggungnya saja melambangkan Dewa Sambhu, sedangkan bagian bawah yang mentah menggambarkan Dewa Wisnu, dan bagian merah yang matang mewakili Dewa Siwa.

Tujuan utama dari Ngusaba Bukakak adalah untuk mengucapkan rasa terima kasih atas kesuburan tanah dan hasil pertanian yang melimpah. Desa Giri Emas (Dangin Yeh), tempat tradisi ini berlangsung, dianugerahi dengan tanah yang subur dan gembur, membuat sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kesejahteraan dan kelimpahan hasil pertanian menjadi alasan kuat mengapa tradisi ini tetap berkembang dan dijunjung tinggi hingga saat ini.

Ngusaba Bukakak bukan hanya sekadar ritual, melainkan juga cermin dari kekayaan budaya dan spiritualitas masyarakat Bali, serta kebersamaan dalam memelihara warisan nenek moyang mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *