Tradisi Ngelawang Tapakan Barong dan Rangda di Tegallalang

Bagikan ke :

DaunBali, Gianyar – Setiap hari raya Galungan dan Kuningan, masyarakat Bali menggelar tradisi ngelawang barong sebagai bagian dari upacara perayaan. Namun, di Desa Pakraman Puakan, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar Bali, tradisi tersebut memiliki nuansa tersendiri.

Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali pada hari Manis Galungan atau sehari setelah perayaan Galungan, dengan pelaksanaannya di Pura Puseh dan Pura Desa, Pakraman Puakan, Desa Taro.

Ratusan warga mengikuti prosesi ngelawang Tapakan Barong dan Rangda dengan penuh ketaatan, membawa seluruh perlengkapan upacara sambil mengelilingi perkampungan warga diiringi suara gamelan. Tujuannya adalah memohon kekuatan dan anugerah Sang Pencipta untuk keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh warga.

Tradisi ngelawang, yang telah turun temurun, memiliki makna mendalam sebagai tolak bala dan menetralisir pengaruh negatif alam semesta. Tapakan Barong dan Rangda dianggap sebagai simbol manifestasi Tuhan dalam menjaga keharmonisan dan keseimbangan dalam keragaman (Rwa Bhineda). Ritual ini juga diikuti oleh warga dari wilayah Ubud Utara.

Selama perjalanan, beberapa pura yang dilalui disinggahi untuk memohon berkah. Meskipun memakan waktu yang panjang, bahkan bisa sampai malam hari, antusiasme warga tetap tinggi dalam menjalankan tradisi ini. Tradisi ngelawang Tapakan Barong dan Rangda tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan spiritual masyarakat Bali, tetapi juga menjadi wujud dari kekayaan budaya yang lestari dan bernilai tinggi bagi generasi mendatang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *