Tradisi Male Telur dan Ambur Salim di Loloan Timur, Jembrana

Bagikan ke :

DaunBali, Jembrana – Di Loloan Timur, Kabupaten Jembrana, Bali, tradisi male telur dan ambur salim tetap dijaga oleh warga keturunan Bugis Melayu. Tradisi yang dipraktikkan bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad ini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas mereka. Tahun ini, meski dengan sedikit peserta, 11 bayi tetap mengikuti prosesi tersebut.

Male telur, sebuah tradisi menghias telur dengan berbagai motif dan warna, menjadi bagian pertama dari upacara. Telur-telur yang dihias kemudian diarak menuju masjid untuk mengikuti prosesi potong rambut bayi. Sementara itu, ambur salim, tradisi menghamburkan beras kuning dan uang logam, dilakukan setelah prosesi tersebut selesai.

Menurut Mahally, salah seorang tokoh masyarakat setempat, tradisi ini memiliki makna mendalam bagi mereka. Male telur melambangkan kelahiran baru, sementara ambur salim menjadi simbol keselamatan.

“Tradisi male telur dan ambur salim telah menjadi bagian dari warisan budaya kami. Ini adalah simbol bahwa bayi telah memasuki tahap baru dalam kehidupannya,” ungkap Mahally.

Prosesi potong rambut bayi biasanya dilakukan oleh tokoh masyarakat atau orang yang dianggap memiliki keahlian spiritual. Setelah itu, tradisi ambur salim dilaksanakan dengan menghamburkan beras kuning dan uang logam.

Meski tahun ini terjadi penurunan peserta, Mahally menyatakan bahwa tradisi ini tetap dijaga dengan baik. “Tahun-tahun sebelumnya, tradisi ini diikuti oleh lebih dari 20 bayi, dan lebih meriah lagi pasca pandemi karena masyarakat merindukan kegiatan ini,” tambahnya.

Dengan semangat yang tetap berkobar, warga Loloan Timur terus berupaya untuk menjaga dan melestarikan tradisi yang telah mengakar dalam budaya dan kehidupan mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *