DaunBali, Bangli – Desa Pengotan, yang terletak di Bangli, Bali, menunjukkan keberhasilannya dalam melestarikan tradisi kawin massal yang menjadi bagian integral dari budaya Bali Mula.
Bendesa Adat Pengotan, Jro Wayan Kopok dilansir dari atnews.id menjelaskan bahwa tradisi kawin massal biasanya dilakukan dua kali setahun, yakni pada sasih Kapat dan sasih Kedasa. Acara dipusatkan di Pura Penataran Agung Desa Pengotan, di mana setiap pasangan hanya membayar biaya upacara sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini menjadi alternatif yang lebih ekonomis dibandingkan dengan upacara pernikahan pribadi yang biayanya bisa jauh lebih tinggi.
Tradisi ini juga menghadirkan perbedaan dalam sarana upakara. Di Desa Pengotan, babi untuk ulam banten (sesaji) digantikan dengan sapi cula (sapi jantan yang telah dikebiri). Setiap mempelai membawa seekor sapi cula, namun seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut disederhanakan menjadi seekor sapi untuk semua mempelai dengan cara urunan.
Prosesi upacara dimulai dengan musyawarah pagi untuk menetapkan kesiapan peserta. Kemudian sapi dipotong dan ditaruh di bale-bale di Pura Bale Agung, diikuti dengan prosesi pembersihan diri atau byakala yang dipimpin oleh Jero Dalang Jebut. Suasana bahagia terpancar dari wajah seluruh mempelai, dengan sorak-sorai warga yang mengiringi mereka saat memasuki area jeroan pura dengan pasangannya masing-masing.
Selama tiga hari setelah upacara, pengantin tidak diperbolehkan keluar rumah karena sedang menjalani puasa. Setelah itu, dilaksanakan upacara tipat bantal, di mana pengantin pria membawa banten upacara ke pihak perempuan.
Tradisi kawin massal di Desa Pengotan dianggap sebagai kewajiban bagi seluruh warga yang ingin membina kehidupan berumah tangga. Pelanggaran terhadap tradisi ini dapat dikenakan sanksi adat, seperti denda dan larangan masuk ke wilayah desa pekraman Pengotan. Dengan mempertahankan tradisi ini, Desa Pengotan tidak hanya memperkuat identitas budayanya, tetapi juga menjaga kebersamaan dan kesatuan masyarakatnya dalam memelihara nilai-nilai luhur Bali Mula.