DaunBali, Badung – Di tengah heningnya Banjar Basang Tamiang, sebuah tradisi yang sarat makna kebenaran sejati atau hakiki bersemi. Dikenal sebagai Tradisi Kebo Dongol, ritual ini menemukan tempatnya dalam catatan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2018, mengukuhkan keunikan dan kekayaan kultural Desa Kapal.
Setiap hari Rabu, saat Buda Wage dan wuku Langkir tiba, warga Desa Kapal berkumpul di Pura Dalem Bangun Sakti untuk mempersembahkan Tari Rejang Kebo Dongol. Awal mula tradisi ini terhampar dalam perintah langsung dari Raja Arya Delancang, yang menyaksikan kesulitan yang menimpa rakyatnya. Tarian ini bukan semata hiburan, melainkan manifestasi dari petunjuk Ida Sesuhunan, membawa pesan spiritual yang mencerahkan.
Tarian Rejang Kebo Dongol disajikan oleh 33 penari, yang dengan gemulai melangkah diiringi alunan musik sakral. Beberapa di antara mereka membawa senjata khas, seperti keris, tombak, dan pedang sudamala, menciptakan harmoni yang mempesona. Namun, yang menarik adalah jajan berbentuk kerbau yang dijulurkan, siap ditusuk oleh pedang sudamala dalam sebuah adegan dramatis. Jajan ini, lambang dari kekuatan negatif, kemudian diperebutkan oleh masyarakat, dijadikan sebagai sumber kekuatan dan perlindungan.
Lebih dari sekadar atraksi seni, Tradisi Kebo Dongol memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Ritual ini berfungsi sebagai penyeimbang, menetralisir kekuatan negatif yang mungkin mengganggu kesejahteraan dan kehidupan sehari-hari. Dengan penuh kekaguman dan pengabdian, warga Desa Kapal terus memelihara dan menjaga warisan budaya ini, memastikan bahwa kebenaran sejati tetap menyala dalam kegelapan zaman.