Melestarikan Tradisi Maperang Gandu: Warisan Leluhur Kabupaten Badung

Bagikan ke :

DaunBali, Badung – Selain dikenal dengan perang ketupat, Badung juga memiliki tradisi unik lain yang tetap dilestarikan hingga kini, yaitu Maperang Gandu. Tradisi ini merupakan warisan leluhur Desa Adat Tumbak Bayuh, Kecamatan Mengwi, yang telah berlangsung secara turun-temurun.

Maperang Gandu merupakan bentuk syukur masyarakat atas berkah yang diterima dalam segala usaha, baik di bidang pertanian maupun peternakan. Tradisi ini digelar bertepatan dengan Tumpek Kandang atau Tumpek Uye sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan.

Tradisi perang gandu ini juga dilaksanakan bersamaan dengan pujawali yang ditujukan kepada Ida Bhatara yang berstana di Pelinggih Pan Balang Tamak, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari makna Tumpek Kandang. Pelinggih ini menjadi tempat penghormatan kepada Ida Bhatara Siwa dalam perwujudan Rare Angon.

Meskipun tidak pasti kapan tradisi ini pertama kali dilaksanakan, namun diperkirakan telah ada sejak berdirinya Pura Khayangan Tiga di Desa Tumbak Bayuh. Tradisi ini melibatkan anak-anak dan krama rare, dan pada tahun 2016, disepakati untuk melibatkan juga remaja dalam prosesi perang gandu.

Prosesi perang gandu dimulai dengan pujawali kepada Ida Bhatara di Pelinggih Pan Balang Tamak, dilanjutkan dengan persembahyangan bersama. Tradisi ini melibatkan berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga remaja, dengan simbol Rwa Bhineda yang melambangkan pertemuan usia mendekati pernikahan.

Dengan mengikuti tradisi Maperang Gandu, masyarakat Kabupaten Badung tidak hanya menjaga warisan leluhur mereka tetap hidup, tetapi juga menghormati dan menghargai keberadaan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini menjadi bagian penting dari identitas budaya dan spiritual masyarakat Bali yang patut dilestarikan dan diapresiasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *