DaunBali, Klungkung – Desa Adat Kutapang, Nusa Penida, memelihara sebuah tradisi adiluhung yang masih lestari hingga saat ini: tradisi ngarak bade ke tengah laut. Tradisi ini menjadi momen yang dinantikan oleh warga setiap kali upacara ngaben masal berlangsung.
Ngarak bade, yang dilakukan di tepian pantai sepanjang garis pantai, kadang-kadang diseret ke tengah laut di utara Nusa Penida, khususnya di Desa Batununggul, seperti di tepian pantai Batumulapan dan Kutapang. Tradisi ini juga dilakukan di Desa Suana, baik di Karangsari maupun di Semaya. Ribuan warga memadati tepian pantai untuk menyaksikan gelaran budaya ini yang dilaksanakan secara periodik tiap lima tahun sekali.
Dilansir dari TribunBali Ketua Panitia, I Wayan Pageh, menyatakan bahwa upacara pitra yadnya “ngaben” secara masal telah direncanakan dan dipersiapkan setahun sebelumnya. Sekitar 50 sawa berpartisipasi dengan setiap sawa memberikan iuran sebesar 12 juta rupiah. Biaya yang dikeluarkan oleh warga tidak hanya untuk upacara ngaben tetapi juga untuk upacara nuntun pitara.
Dilansir dari Tatkala.co Bendesa Adat Kutapang, I Made Sinta, menjelaskan bahwa upacara ngaben masal dengan ngarak bade di tepian pantai telah menjadi bagian dari tradisi mereka. Meskipun jaraknya tidak begitu jauh, hanya sekitar 300 meter, namun ngarak bade di tepian pantai telah menjadi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.
Tradisi ngaben masal dan ngarak bade ini tidak hanya menjadi momen bagi warga Kutapang, tetapi juga menarik perhatian warga lain yang ikut serta menyaksikannya. Ngarak bade menjadi bagian dari atraksi budaya yang diwariskan secara turun-temurun, meringankan beban masyarakat baik secara material maupun tenaga. Melalui kebersamaan dalam upacara ngaben, terjalinlah kedekatan emosional yang erat antara warga yang berada di perantauan Denpasar dan di luar Bali dengan warga Kutapang.