Blayag: Kuliner Khas Karangasem Bali

Bagikan ke :

DaunBali, Food – Blayag, sebuah nama yang mengusik selera, sekaligus mengundang keingintahuan akan sejarah dan proses pembuatannya. Sejak lama, makanan ini tidak hanya menjadi bagian dari kuliner tradisional Bali, tetapi juga sarana ritual dalam berbagai upacara keagamaan. Menyelusuri jejak blayag membawa kita pada sebuah perjalanan melalui waktu dan budaya yang kaya akan makna.

Sejarah yang Terkandung dalam Sebuah Kuliner

Blayag diyakini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali sejak zaman Subak, sebuah sistem irigasi tradisional yang memengaruhi pola hidup dan kepercayaan spiritual masyarakat. Dalam ritual upacara untuk Dewi Sri, dewi kesuburan, blayag digunakan sebagai persembahan, menandai keberadaannya sebagai sarana ritual sejak zaman dahulu. Jejak sejarah ini tergambar dari manuskrip dan testimoni para tokoh budaya, yang menjelaskan peran blayag dalam berbagai upacara keagamaan.

Dari Ritual ke Komoditi Ekonomi

Perkembangan selanjutnya membawa blayag dari sekadar sarana ritual menjadi komoditi ekonomi, terutama di Karangasem pada era tahun 1950-an. Berawal dari generasi pertama pedagang blayag yang berjualan di depan Pura Puseh Desa Adat Karangasem, kini blayag telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warung-warung kuliner di daerah tersebut.

Proses Pembuatan yang Memikat Selera

Proses pembuatan blayag menjadi bagian yang tak kalah menarik. Menggunakan bahan janur atau ambu, blayag disiapkan dengan cara menggulung-gulungnya secara khas, kemudian diisi dengan beras dan direbus selama beberapa jam. Proses perebusan yang panjang memberikan cita rasa khas pada blayag, membuatnya semakin lembut dan menggugah selera.

Blayag bukan sekadar makanan, melainkan juga simbol dari keberlanjutan tradisi dan perubahan dalam kehidupan masyarakat Bali. Dari sarana ritual hingga komoditi ekonomi, blayag tetap mengakar kuat dalam budaya dan kuliner Karangasem, menunjukkan kekayaan warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dihargai oleh generasi masa kini dan mendatang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *