DaunBali, Gianyar – Di Kecamatan Sukawati, terdapat tradisi unik yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat, yaitu Mapééd. Mapééd merupakan sebuah pawai atau iring-iringan manusia yang berbaris menuju ke suatu tempat, khususnya menuju sumber mata air. Tradisi ini telah ada sejak abad ke-18 dan menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Bali.
Tradisi Mapééd rutin dilaksanakan setiap tahun oleh dua desa di Kecamatan Sukawati, yaitu Desa Guwang dan Desa Sukawati. Desa-desa lainnya seperti Desa Celuk, Desa Batuan, Desa Batubulan, dan Desa Ketewel menyelenggarakan Mapééd pada upacara-upacara besar. Biasanya, Mapééd menjadi bagian dari rangkaian upacara piodalan di pura-pura yang ada di desa tersebut, dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun.
Peserta Mapééd mengenakan busana tradisional Bali yang tingkatannya tertinggi, lengkap dengan riasan wajah dan perlengkapan upacara. Tradisi ini melibatkan anak-anak, remaja, dan ibu-ibu sebagai pesertanya. Mapééd dimulai dari Pura Dalem/Desa/Puseh dan menuju sumber mata air dalam jarak sekitar 2-3 kilometer, di mana para peserta melakukan upacara penyucian dengan air suci dari mata air tersebut.
Di Desa Guwang, Mapééd dilaksanakan sebagai bagian dari upacara piodalan di Pura Kayangan Tiga. Piodalan ini berlangsung selama empat hari berturut-turut, dengan Mapééd dilakukan pada sore hari nyimpen piodalan. Peserta Mapééd terdiri dari pria pembawa bendera, para mangku, peserta Mapééd, dan para penabuh yang membentuk iring-iringan menuju sumber mata air.
Busana tradisional yang digunakan dalam Mapééd telah mengalami perkembangan pesat. Meskipun masih mempertahankan pola dan corak tradisional Bali, busana tersebut telah dimodifikasi dengan warna-warna yang lebih berani dan desain yang lebih kreatif. Para peserta, baik pria maupun wanita, memakai busana yang mirip namun dengan aturan penggunaan yang sedikit berbeda.
Meskipun biaya untuk menyewa busana tradisional modifikasi dan jasa tukang rias Mapééd tidak murah, antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi tetap tinggi. Masyarakat rela mengeluarkan biaya mahal demi ikut serta dalam tradisi yang hanya dilakukan setiap beberapa tahun sekali. Hal ini juga mencerminkan perubahan kebutuhan masyarakat dari yang hanya primer menjadi lebih memperhatikan penampilan dan glamour.
Mapééd adalah salah satu tradisi yang memperkaya budaya Bali dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin memahami lebih dalam tentang kehidupan dan budaya masyarakat setempat. Dengan menjaga dan melestarikan tradisi ini, masyarakat Bali berharap dapat memperkaya pengalaman wisata para pengunjung serta mempromosikan keberagaman budaya Bali kepada dunia.