DaunBali, Badung – Setiap Ngembak Geni, semangat masyarakat Desa Kedonganan berkobar-kobar menyambut tradisi kuno mereka, Mebuug-buug. Tradisi ini tidak sekadar meriah, namun juga menjadi momen refleksi dan rekonsiliasi dalam kehidupan mereka.
Sebelum memulai ritual, masyarakat berkumpul di Pura Bale Agung Desa Kedonganan untuk persembahyangan bersama. Upacara ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai doa agar pelaksanaan Mebuug-buug berjalan lancar dan selamat bagi semua yang terlibat.
Setelah persembahyangan selesai, rombongan menuju hutan bakau yang mempesona di wilayah desa mereka. Di sana, mereka terjun ke dalam lumpur, menyelam dalam keseruan dan keceriaan, seolah-olah membebaskan diri dari beban-beban masa lalu. Mandi lumpur bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga simbolisasi pemurnian diri dari dosa-dosa dan ketidaksempurnaan.
Namun, tradisi ini tidak berakhir di situ. Setelah selesai mandi lumpur, mereka melangkah menuju Pantai Kedonganan. Di tepian laut yang tenang, mereka membasuh tubuh yang kini telah bersih dari lumpur, sambil menghirup udara segar dan memperhatikan keindahan alam yang melingkupi mereka.
Mebuug-buug bukan hanya perayaan, tetapi juga ajang introspeksi dan komitmen untuk memulai hidup yang lebih baik di tahun yang baru. Ini adalah waktu di mana masyarakat bersatu dalam semangat perdamaian dan rekonsiliasi, memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri serta sesama.
Dalam kehidupan yang sering kali penuh dengan kesibukan dan tekanan, tradisi seperti Mebuug-buug menjadi pengingat bahwa ada kekuatan dalam kebersamaan, dalam merayakan keunikan budaya, dan dalam menjalani kehidupan dengan kesadaran dan kearifan. Tradisi ini bukan hanya warisan leluhur, tetapi juga cerminan kearifan lokal yang patut dilestarikan dan dihargai oleh generasi masa kini dan mendatang.