DaunBali, Karangasem – Tarian Sanghyang Dedari telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Adat Geriana Kauh. Dianggap sebagai upacara sakral yang memiliki kekuatan untuk menolak bala, khususnya bagi petani, tarian ini melibatkan prosesi panjang yang dipercayai memiliki dampak positif bagi kesuburan tanaman padi dan kesejahteraan desa secara keseluruhan.
Setiap tahun, pada bulan April, tepatnya pada sasih kedasa, masyarakat Desa Adat Geriana Kauh menyelenggarakan pementasan Tari Sanghyang Dedari. Penentuan waktu ini didasarkan pada perhitungan teliti terkait saat bulir padi matang, yang menjadi pertanda penting dalam siklus pertanian mereka.
Tarian ini dilakukan oleh sekelompok anak-anak yang belum dewasa, yang dipilih dua minggu sebelum acara. Dipercayai bahwa kepolosan dan ketulusan anak-anak ini memperkuat keefektifan ritual tersebut.
Sebelum pementasan, ada serangkaian prosesi yang harus dilalui. Mulai dari upacara matur piuning tiga hari sebelumnya, hingga prosesi berhias dan persembahyangan bersama di Pura Pejenengan pada hari pementasan. Proses paling penting adalah ngukup, di mana permohonan agar roh Sanghyang turun ke tubuh para penari dilakukan dengan khidmat.
Menariknya, selama proses ngukup, tidak ada laki-laki yang diperbolehkan berada di sekitar tempat ritual. Baru setelah proses ini selesai dan roh Sanghyang merasuki tubuh para penari, pementasan dapat ditonton oleh semua orang.
Tarian Sanghyang Dedari dilakukan di dua tempat berbeda, Catus Pata dan Pura Pejenengan, dengan durasi sekitar dua jam. Dalam satu periode ritual, tarian ini dipentaskan beberapa kali dalam kurun waktu 15 hari.
Prosesi terakhir, nyineb, merupakan momen pengembalian roh Sanghyang ke alamnya. Setelah semua prosesi selesai, segala piranti yang digunakan dalam tarian akan dipindahkan ke Pura Setra Sanghyang.
Meskipun penari dilakukan dalam kondisi tidak sadar atau kerauhan, namun tidak jarang ada yang tidak mengalami hal tersebut, sehingga tidak dapat mengikuti pementasan dengan sepenuhnya. Hal ini menunjukkan kompleksitas dan keunikan dari setiap pementasan Tari Sanghyang Dedari, yang tetap menjaga keaslian dan keagungan tradisi nenek moyang mereka.