Nyacen: Tradisi Syukur Warisan Budaya Desa Taro, Bali

Bagikan ke :

DaunBali, Gianyar – Tradisi Nyacen mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun bagi masyarakat Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Bali, tradisi ini memiliki makna yang sangat penting. Merupakan warisan turun temurun, Nyacen di Desa Taro menjadi simbol ucapan syukur atas hasil panen dan berbagai anugerah kemakmuran yang diberikan Tuhan.

Nyacen adalah tradisi menghaturkan sarana upacara berupa hasil panen atau jajanan kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Setiap tahun, tradisi ini digelar setahun sekali, bertepatan dengan rahina Kajeng Kliwon, Budha Kliwon, Wuku Gumbreg. Proses pembuatannya memerlukan tata cara yang khusus, di mana semua sarana yang dihaturkan disusun sedemikian rupa dengan menggunakan tali bambu.

Menurut Penyarikan Desa Pakraman Patas I Ketut Wija, tradisi Nyacen berbeda dalam pembuatannya dibandingkan dengan tradisi serupa di Bali. Di Desa Taro, semua sarana yang dihaturkan disusun dengan rumit dan diikat satu per satu dengan tali bambu. Setelah pembuatan selesai, sarana tersebut dibawa ke Pura Desa Patas untuk diserahkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dalam sebuah persembahyangan bersama umat.

Dalam perkembangannya, masyarakat Desa Taro semakin sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi Nyacen sebagai ungkapan rasa syukur atas kemakmuran yang diberikan. Meskipun tidak ada aturan adat yang mengaturnya, masyarakat dapat menghaturkan lebih dari satu sarana Nyacen dalam satu rumah sebagai bentuk rasa syukur yang semakin meningkat.

Tradisi Nyacen bukan hanya sekadar upacara, tetapi juga merupakan momen bersyukur dan berbagi keberkahan dengan sesama. Diharapkan, dengan menjaga tradisi ini, keberkahan dan kemakmuran akan terus mengalir bagi masyarakat Desa Taro, Bali.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *