Tradisi Nyejek Api: Spiritualitas dan Kelestarian Budaya di Desa Pundukaha Kaja, Nusa Penida

Bagikan ke :

DaunBali, Klungkung – Di tengah malam yang sunyi, suara kentongan memecah keheningan pada pukul 02.00 dini hari di Desa Pundukaha Kaja, Nusa Penida, Bali. Warga desa berbondong-bondong menuju sumber suara tersebut, memakai busana persembahyangan lengkap dengan gebogan, bunga, dan dupa. Mereka siap menyambut tradisi kuno yang disebut Nyejek Api.

Sanghyang Api, demikianlah api besar yang lahir dari serangkaian upacara suci tersebut disebut, menjadi pusat perhatian dalam tradisi ini. Meskipun menginjak api terdengar menakutkan, para peserta yang berusia 18 sampai 30 tahun melakukan aksi tersebut dengan keberanian dan keikhlasan yang tulus. Menurut kepercayaan mereka, api tidak akan membahayakan jika dilakukan dengan niat yang suci dan ikhlas.

Namun, ada kejadian tragis yang mengingatkan bahwa niat dan kesungguhan sangat penting dalam tradisi ini. Mereka yang mengalami kecelakaan cenderung datang dengan niat yang kurang tulus, sehingga menyadarkan warga akan sakralitas dan kehormatan tradisi ini.

Tradisi Nyejek Api tidak hanya sekadar ritual spiritual bagi warga Desa Pundukaha Kaja, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Bahkan, di tengah pesatnya perkembangan pariwisata di Nusa Penida, tradisi ini menjadi bagian dari identitas budaya yang perlu dilestarikan.

Keberlangsungan tradisi ini menjadi simbol penting bagi keseimbangan alam dan spiritualitas masyarakat Hindu di Bali. Meskipun pandemi Covid-19 membatasi peserta, semangat untuk menjaga dan melanjutkan tradisi tetap berkobar. Hal ini menggambarkan betapa kuatnya hubungan antara manusia dan alam dalam keyakinan mereka.

Dengan menjaga eksistensi tradisi Nyejek Api, generasi muda di Desa Pundukaha Kaja turut memperkaya warisan budaya yang kaya akan spiritualitas dan kearifan lokal. Sebagai penutup perayaan, anak-anak kecil yang berusia 8-15 tahun melaksanakan Nyejek Api sebagai simbol pelestarian tradisi bagi masa depan. Tradisi ini bukan hanya cerminan spiritualitas, tetapi juga wujud nyata dari kebersamaan dan kelestarian budaya di Nusa Penida.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *