Tradisi Tarian Sang Hyang Sampat di Penebel, Tabanan

Bagikan ke :

DaunBali, Tabanan – Menjelang musim panen, sebuah tradisi unik yang dikenal sebagai “Tradisi Tarian Sang Hyang Sampat” dilaksanakan dengan megahnya. Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya turun-temurun masyarakat Desa Puluk-Puluk, Penebel, Tabanan.

Setiap tahun, tepatnya sebelum perayaan Ngusabe Gede di Pura Bedugul, tradisi ini diselenggarakan untuk merayakan musim tanam padi, atau yang dikenal sebagai padi Bali. Tradisi Tarian Sang Hyang Sampat bertujuan untuk melindungi tanaman padi dari serangan hama dan penyakit, serta untuk membawa keberkahan bagi para petani.

Prosesi Sang Hyang Sampat berlangsung selama tiga hari berturut-turut, dengan upacara utama dilaksanakan di Pura Bale Agung Desa Pakraman Puluk-Puluk. Dalam upacara ini, dua Sang Hyang Sampat yang dianggap suci, yaitu Sang Hyang Sampat Lanang (laki-laki) dan Sang Hyang Sampat Istri (perempuan), dipuja dan diperingati.

Tradisi Tarian Sang Hyang Sampat merupakan salah satu contoh warisan budaya yang kaya dan memesona di tengah-tengah masyarakat Bali. Dengan menjaga dan merayakan tradisi ini, masyarakat Desa Puluk-Puluk turut memperkaya dan melestarikan kekayaan budaya Bali yang berharga.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *